Oleh
: Muhammad Ainun Nadjib
"Ibu Sejarah" Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) rakyat dari ratusan Keraton-Keraton di
Kepulauan Nusantara, serta seluruh ummat manusia yang menghuni hamparan Bumi
Nusantara - yang kemudian menyebut dirinya Bangsa Indonesia. "Bapak
Sejarah" NKRI adalah mozaik Keraton-Keraton se-Nusantara yang pada momentum
surutnya penjajahan Belanda merelakan dirinya untuk melebur menjadi sebuah
kesatuan dan "melantik Putra Sejarah" mereka yang bernama NKRI dan
Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia secara resmi harfiah adalah bangsa yang
lahir pada 17 Agustus 1945, tetapi secara substansial-historis adalah bangsa
yang melahirkan Kutai, Mataram Hindu, Sriwijaya, Medang, Kahuripan, Jenggala,
Kediri, Singosari, Majapahit, Padjajaran, Samudra Pasai, Demak, Pajang,
Tanjungpura, Mataram Islam, Gowa, Bone, Ternate, Tidore, Bacan, Darmasraya,
Pagaruyung, Cirebon, Banten, Martapura, Bendahulu, Klungkung, Bima dll. Itu
hanya yang dikenal: bisa jadi bangsa kita ber-induk jauh lebih tua dari yang
tercatat oleh sejarah. Bahkan belum bisa dipastikan bahwa Induk Bangsa kita
"harus" lebih muda dari Nabi Ibrahim AS (yang anak turun beliau
memegang kekuasaan dan keuangan global dunia abad 20-21 sekarang ini). Bahkan
belum bisa dibantah bahwa Induk Bangsa kita lebih tua dibanding Nabi Nuh AS.
Kita yang berkumpul dalam Maulid Agung Rasulullah Muhammad SAW di Kesultanan
Kadriah Pontianak malam ini adalah sekaligus "Ibu", "Bapak"
dan "Anak". Salah satu perjuangan kita adalah mengupayakan dan
memastikan bahwa kita bukan Bapak-Ibu yang sok berjasa dan ingin mengambil
kekuasaan kembali. Sambil mengusahakan sikap bahwa kita bukan Anak durhaka,
yang menjalankan kehidupan dengan membuang Ibu-Bapaknya, yang "nikah"
dengan "Dewi Demokrasi" untuk menjadi budak danjajahannya secara
bodoh. NKRI dibangun atau disangga bangunannya oleh Lima Pilar:
- · Rakyat
- · Angkatan Bersenjata
- · Kaum Intelektual
- · Kekuatan Adat
- · Kekuatan Agama
Orla dipimpin kekuasaan Pilar-3 berpusat pada
Bung Karno. Orba dikuasai oleh Pilar-2 dengan mendayagunakan secara aktif
Pilar-3, mengekspoitasi secara terbatas Pilar-4 dan memanipulasi Pilar-5.Era
Reformasi dikuasai oleh Pilar-3 yang berpusat pada Parlemen, menganak-tirikan
Pilar-2, dan belum memiliki kecerdasan sejarah untuk mengakomodasikan Pilar-4,
serta meneruskan eksploitasi dan manipulasi atas Pilar-5. Kita sedang berada di
depan pintu gerbang sejarah untuk mempersatukan kembali "Ibu Bapak
Anak" itu dengan perenungan dan kecerdasan dari tingkat sangkan-paran
penciptaan, teologi, filosofi, pelahiran pemahaman sosial, hingga ke konstitusi
tentang "Wajah Nusantara" esok hari. Mulai saat ini hingga 7-8 tahun
ke depan merupakan final ujian Tuhan dan sejarah bagi Bangsa Besar Induk sangat
banyak bangsa-bangsa di muka bumi, untuk melahirkan kembali "Garuda"
yang perkasa, indah dan arif, untuk Bangkit pada 100 tahun kedua, atau hancur
total di puncak derita. Shollu 'ala Muhammad!
No comments:
Post a Comment