Serat Darmagandhul
adalah suatu karya Sastra Jawa Baru berbentuk puisi tembang macapat yang
menceritakan jatuhnya Majapahit karena serbuan tentara Demak yang dibantu oleh
Walisongo. Darmagandhul ditulis oleh Ki Kalamwadi, dengan waktu penulisan hari
Sabtu Legi, 23 Ruwah 1830 Jawa (atau sangkala Wuk Guneng Ngesthi Nata, sama
dengan 16 Desember 1900). Sebagian ada yang berpendapat bahwa pengarang
sesungguhnya adalah Ronggowarsito dengan nama samaran Kalamwadi, yang dalam
bahasa Jawa dapat pula berarti kabar (kalam) yang dirahasiakan (wadi). Karya
ini ditulis dalam bentuk dialog yang terjadi antara Ki Kalamwadi dan muridnya
Darmagandhul. Namun teori itu mudah terbantah, karena Ronggowarsito telah
meninggal 29 tahun sebelumnya.
Dialog diawali dari
pertanyaan Darmagandhul kepada gurunya mengenai kapan terjadinya perubahan
agama di Jawa. Disebutkan bahwa Ki Kalamwadi kemudian memberikan
keterangan-keterangan berdasarkan penjelasan dari gurunya, yang bernama Raden
Budi. Cerita dan ajaran yang diuraikan oleh Ki Kalamwadi memuat berbagai hal;
antara lain jatuhnya kerajaan Majapahit, berbagai peranan Walisongo dan
tokoh-tokoh lainnya pada awal masa peralihan Majapahit-Demak, topik-topik dalam
ajaran agama Islam, serta terjadinya benturan berbagai budaya baru dengan kepercayaan
lokal masyarakat Jawa saat itu. Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan
bentuk turunan dari cerita babad yang telah ada sebelumnya. Kitab yang dimaksud
adalah Babad Kadhiri yang ditulis pada tahun 1832 oleh Mas Ngabehi Purbawijaya
dan Mas Ngabehi Mangunwijaya. GWJ. Drewes, seorang orientalis Belanda,
mengungkapkan bahwa Babad Kadhiri menyediakan tema utama dan ide bagi penulisan
Serat Darmagandul. Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa pengarang
Darmagandul telah memoles karyanya agar tidak spesifik sama dengan kitab induk
yang menginspirasinya, dengan memasukkan kisah-kisah Kristiani, seperti kisah
Daud dengan Uria dan Absalom, pohon pengetahuan, dsb, serta memuji penjajah
Belanda sebagai penyembah Tuhan yang benar dan lurus pengetahuannya. Pembagian
isi Menurut versi KRT Tandhanagara[1], Suluk Darmagandhul memiliki 17 pupuh
dalam 133 halaman, dengan perincian sebagai berikut:
Pupuh I
Pupuh II
Pupuh III
Pupuh IV
Pupuh V
Pupuh VI
Pupuh VII
Pupuh VIII
Pupuh IX
Pupuh X
Pupuh XI
Pupuh XII
Pupuh XIII
Pupuh XIV
Pupuh XV
Pupuh XVI
Pupuh XVII
Dhandhanggula : 58 bait
Asmaradana : 88 bait
Dhandhanggula : 52 bait
Pangkur : 86 bait
Sinom : 43 bait
Dhandhanggula : 42 bait
Sinom : 63 bait
Pangkur : 176 bait
Asmaradana : 33 bait
Dhandhanggula : 58 bait
Mijil : 74 bait
Kinanthi : 33 bait
Megatruh : 37 bait
Pocung : 25 bait
Asmaradana : 21 bait
Girisa : 15 bait
Kinanthi : 41 bait
Referensi
1.
^ Tandhanagara, K.R.T., Surakarta, 1959.
Carita Adêge Nagara Islam Ing Dêmak Bêdhahe Nagara Majapahit. "Sadu
Budi", Sala.
Sumber
diolah dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_Darmagandhul"
No comments:
Post a Comment