Togog adalah putra dewa yang lahir
sebelum Semar, tapi karena tidak mampu mengayomi bumi maka Togog kembali ke
asal lagi alias tidak jadi lahir. Dan pada waktu bersamaan lahirlah Semar. Pada
zaman kadewatan diceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih
penguasa kahyangan dari ketiga cucunya yaitu Batara Antaga (Togog), Batara
Ismaya (Semar) dan Batara Manikmaya (Batara Guru). Untuk itu sayembara diadakan
dengan cara barang siapa dari ketiga cucunya tersebut dapat menelan bulat-bulat
dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi
penguasa kahyangan. Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk
melakukannya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower karena
Togog salah menelan gunung yang sedang aktif dan mendadak meletus ketika gunung
tersebut berada di dalam rongga mulut Togog.
Giliran berikutnya adalah Batara
Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat
tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat
giginya taring semua, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung
didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam wayang kulit.
Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan
sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya
atau Batara Guru, cucu bungsu dari Sang Hyang Wenang. Adapun Batara Antaga
(Togog) dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke marcapada (dunia
manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan
dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong
untuk para satria berwatak baik (Pandawa) dan Togog diutus sebagai pamong untuk
para satria dengan watak buruk.
Sumber diolah dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Togog
No comments:
Post a Comment