Situs Purbakala
Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama
Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di
Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi
Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01*
28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari
abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang
paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro
Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Kompleks
percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang
letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai
untuk kepentingan militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai
melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara
Jawa Kuno[rujukan?]
Pada beberapa lempeng
yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar
dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah
dipugar, dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut
adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi,
Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Dari sekian banyaknya penemuan yang
ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan
menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari
Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana
diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng
bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai
Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7
kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai.
Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah
(menapo) yang belum dikupas (diokupasi).
Dalam kompleks
percandian ini terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu. Di
dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit
atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan
tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut
minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk
setempat. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga
ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu,
lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang
ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu,
mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda,
fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain
candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang
juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut
sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Desa Muaro Jambi Kecamatan Muaro
Sebo adalah tempat/lokasi candi Muaro Jambi, terletak 2 km sebelah timur laut
kota Jambi atau 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan darat melalui
Jembatan Batanghari 2. Dikawasan ini terdapat Candi Astano, Candi Tinggi, Candi
Gumpung, Candi Kembar Batu, Candi Gedong, Candi Kedato dan Candi Koto Mahligai.
Dilihat dari segi arsiteknya, bangunan tersebut merupakan kebudayaan Budhis
pada abad ke IV dan V masehi.
Salah satu penemuan
arca di Candi Gumpung memperlihatkan ciri-ciri yang banyak persamaannya dengan
arca Prajnaparamita dari zaman Singosari. Beberapa meter dari candi telaga
tempat pemandian para raja yang dinamakan telaga Rajo. Kelompok Candi Tinggi
terletak kurang lebih 200 meter timur laut Candi Gumpung. Candi berukuran 75 x
92 meter yang dipagar sejak tahun 1979-1988. Pintu gerbang utamanya berada
disisi timur. Didalam halaman kelompok Candi Tinggi terdapat sebuah candi Induk
dan enam buah Candi Perwara (penampilan) Selain itu terdapat sisi lantai bata
di depan candi induk yang memiliki denah berbentuk bujur sangkar ukuran 16 X 16
meter. Setelah dipagar, kini candi Induk memiliki dua teras dan tubuhnya
cendrung mengecil keatas. Lalu ada 6 buah candi lagi yang hanya bagian pondasi
dan sedikit bagian kakinya saja. Sejumlah temuan penting yang dapat ditemukan
dari kelompok Candi Tinggi adalah sebuah potongan benda dari besi dan perunggu,
kaca kuno, pecahan-pecahan arca batu, pecahan-pecahan keramik yang umumnya
alat-ala rumah tangga yang berasal dari china dari abad 9-14 M serta ratusan
bata bertulis, bertanda, serta ratusan bata bercap. Dan huruf pada bata
menunjukkan tertulis huruf Pallawa (Prenagari). Dikompleks candi Muaro Jambi
ini, terdapat Candi Kembar Batu, letaknya sekitar 250 meter di tenggara Candi
Tinggi yang dibatasi fisik oleh pagar keliling yang berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran yang tidak sama setiap sisinya, namun secara kasar dapat
dihitung 64 X 54 meter persegi dan terdapat struktur tiang bangunan yang
terbuat dari kayu dan lantai yang terbuat dari batu bata. Gong Cina pernah
ditemukan oleh para arkeolog.
Gong yang berasal dari
perunggu beraksara Cina ini disebut-sebut sebagai gong perang, yang kini
tersimpan di Museum Negeri Jambi. Dan ada juga candi induk,berukuran 11,5 x
11,5 meter berada didepan Candi Perwara (penampil). Candi Induk ini memiliki
tangga pada bagian timurnya. Kemudian Candi Gedong yang terdiri dari dua bagian
yakni Gedong 1 dan Gedong 2. Keduanya sangat berdekatan lokasinya sekitar 150
meter. Candi ini terletak sekitar 1.450 meter dari sebelah timur Candi Kedaton,
sama-sama memiliki struktur tangga di sebelah timur. Candi Gedong 1 sangat
unik, dibangunan yang berbentuk bujur sangkar ini banyak dijumpai temuan lepas
purbakala seperti mata uang kepeng dari Cina sebanyak 161 buah, peralatan
keagamaan, bata berprofil, bata bertekuk, bata bergores dan kramik Cina serta
gerabah local (tembikar). Sebagian besar uang tersebut dalam keadaan aus dan
sulit dibaca. Sebagian besar hurufnya berasal dari Dinasti Tang (618-907 M),
dinasti Tang selatan (937-976 M), dan dinasti Sung ( 960-1280 M). Di lokasi
Candi Gedong juga terdapat sebuah arca Jagopati ( Arca Prajurit) Tak kalah
menakjubkannya, Sampai awal abad ke-21 M ini, disitus candi Muaro Jambi telah
teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri dari kurang 39
kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah peninggalah kerajaan melayu
hingga kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang kebudayaan melayu budhis.
Diperkirakan
candi-candi dilokasi situs sejarah candi Muaro jambi mulai dibangun sejak abad
4 M, salah satu diantara kelompok candi tersebut adalah Candi Gumpung. Lokasi
kelompok Candi gumpung berada pada 500 meter dikanan mudik sungai Batanghari.
Candi Gumpung adalah candi terbesar kedua setelah candi Kedaton. Candi Gumpung
tersusun dari bangunan bata dari berbagai bentuk dan ukuran. Dan disini pernah
ditemukan benda purbakala yang berhasil di ketemukan oleh para arkeolog.
Kelompok Candi Gumpung dibatasi pagar keliling yang membentuk bujur sangkar
yang memiliki ukuran panjang keseluruhan 604,40 meter. Luas keseluruhan areal
Candi Gumpung adalah 229,50 m2. Candi Gumpung memiliki Candi Perwara (penampil)
sebanyak 5 buah, yang belum jelas benar wujudnya, 4 buah gapura dan 2 buah
tempat yang diperkirakan bekas kolam. Gumpung berasal dari penamaan sebuah
menapo gumpung dari masyarakat sekitar, dalam bahasa melayu berarti papak atau
patah atau terpotong diatasnya.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi dan
http://home.candimuarojambi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=40&Itemid=152
No comments:
Post a Comment